Suatu organisasi yang ingin berhasil haruslah memiliki Competitive Advantage (keunggulan kompetitif). Untuk mencapai keunggulan kompetitif itu, tiap organisasi harus siap untuk berubah. Dan untuk menjalani perubahan tersebut, tiap organisasi harus memiliki agen perubahan (orang-orang yang siap, mau, dan memiliki semangat untuk menjalankan perubahan).
Saat ini, banyak organisasi yang secara strategis menggunakan perubahan untuk meningkatkan keefektifan organisasi mereka. Berdasarkan suatu survei tentang manajemen perubahan, sebanyak 82% praktisi SDM mengatakan bahwa perusahaan mereka mempunyai rencana untuk mengimplementasikan perubahan-perubahan dalam organisasi yang bersifat umum dalam jangka beberapa tahun ke depan.
Manajemen Perubahan (Change Management) pada dasarnya merupakan sebuah proses formal dalam perubahan organisasi yang dilakukan melalui pendekatan yang sistematis dalam sebuah aplikasi pada pengetahuan, peralatan, dan sumber daya lainnya. Selain itu, manajemen perubahan juga berarti mendefinisikan dan mengadopsi strategi-startegi organisasi, struktur, prosedur dan teknologi untuk menghadapi perubahan yang terjadi, baik yang terjadi di dalam dalam maupun dari luar organisasi kita.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi dan mengatasi tantangan zaman yang terjadi saat ini, organisasi harus memiliki kesiapan untuk menjalani suatu perubahan. Dalam hal ini, meskipun dalam menjalankan change management pemimpin memiliki peran yang penting sebagai agen perubahan, namun tetap saja yang mengoperasionalkan adalah orang-orang yang ada di organisasi. Pemimpin ini boleh dibilang sebagai sentralnya, tapi pelaksananya adalah anggotanya.
Untuk melakukan perubahan dalam mencapai competitive advantage, organisasi harus terlebih dahulu melakukan penilaian terhadap lima elemen yang ada di internal organisasi, yaitu :
  1. Waktu (time). Which is time to change. Dia harus tahu kapan harus berubah dan seberapa cepat dia harus berubah. Karena seringkali ketika organisasi ingin berubah, karena dia lama mengerjakannya, ternyata organisasi lain sudah lebih dahulu melakukan perubahan tersebut.
  2. Visi (vision). Which is where to change. Berubahnya mau kemana, kearah apa berubahnya. Dan visi itu bisa dibagi-bagi sasaran-nya. Misalnya 1 tahun lagi begini, 3 tahun lagi, 5 tahun lagi bagaimana, itu harus jelas arah perubahannya.
  3. Strategi (strategy). What to change. Dalam menjalankan strategi ini apa yang mau diubah dari sekian banyak hal. Bisa melalui sistemnya, sumber daya manusianya, keuangannya, atau lainnya. Untuk itu organisasi harus punya strategi yang jelas yang mana yang mau diubah duluan dan seberapa jauh mau diubah. Ini harus jelas dan harus punya caranya untuk melakukan perubahan itu.
  4. Kepemimpinan (leadership). How to become a change agent. Karena tak bisa dipungkiri bahwa untuk mencapai competitive advantage, sebuah organisasi harus punya pemimpin yang kuat. Jadi pemimpin seperti apa yang dibutuhkan untuk bisa mengubah organisasi kita? Tentunya dia harus memiliki energy, punya semangat, visi, mampu mengenergikan orang lain, punya kemampuan untuk mengambil keputusan dan mampu mengarahkan perubahan tersebut. pemimpin yang seperti itulah yang mampu menjadi change agent.
  5. Kesediaan anggota (people acceptance) yaitu bagaimana membuat orang-orang yang ada di organisasi tersebut mau menerima terhadap perubahan yang dilakukan. Hal ini merupakan bagian yang paling berat. Karena strategi bisa dipelajari, bisa contoh dari organisasi lain, pemimpin kalau nggak kuat bisa diganti yang lain, waktu juga bisa disusun. Tapi people acceptance, hal ini lebih mengenai budaya. Orang itu harus tahu juga perubahan yang mau dia lakukan bisa disetujui oleh orang lain yang ada di organisasi. Bagaimana cara melakukannya? Macam-macam cara yang bisa diambil. Antara lain adalah meyakinkan bahwa semua orang tersebut mengerti kenapa harus berubah. Dan tahu juga jawabannya kalau mau berubah untungnya buat mereka itu apa. Hal-hal itu seringkali tidak dilakukan oleh organisasi ketika mereka mau berubah. Beberapa organisasi, hanya pemimpin nya saja yang ingin berubah, sementara anggota lainnya tidak tahu apa yang akan dirubah. Apakah itu sudah cukup? Ternyata belum.
Karena kelima hal ini harus dibandingkan dengan kondisi-kondisi yang terjadi di eksternal organisasi. Kondisi sekarang seperti apa, calon anggota maunya apa, tren yang ada diluar organisasi seperti apa. Tiga hal ini akan mempengaruhi sekali terhadap perubahan ini. Ada beberapa kendala yang harus diantisipasi oleh organisasi ketika menjalani proses perubahan, yaitu :
  1. Kesiapan internal organisasi dalam melakukan perubahan, baik dari sisi pemimpin maupun pengurus dan anggota organisasi (people).
  2. Kendala komunikasi, dimana dalam suatu perubahan strategi pasti akan melibatkan pelaku organisasi dalam hal ini adalahpeople. Oleh karena itu informasi yang akan di sampaikan pun harus sesuai dengan peran pelaku organisasi dan apa saja yang perlu di komunikasikan serta kepada siapa saja informasi tersebut akan di sampaikan harus di identifikasi dengan benar.
  3. Keterlibatan anggota (involvement). Siapa saja yang akan terlibat dalam perubahan tersebut dan apa saja peran yang di harapkan dalam melakukan perubahan sering tidak di perhatikan. Di lain pihak, kendala yang sering muncul adalah yang berkaitan dengan faktor eksternal yang terjadi di luar organisasi.
Seringkali organisasi tidak tahu atau merasa dia tahu tapi terlena dengan keberhasilan masa lalu. Sehingga eksternal ini dia nggak siap untuk melakukan apapun. Misalnya, pendekatan pada calon anggota dan anggota baru, harus diketahui dengan benar. Ada hal yang diinginkan oleh anggota, yaitu keuntungan dan manfaat buat mereka dengan bergabung di organisasi kita. Selain itu, kendala yg paling sering terjadi adalah people acceptance dan time. Organisasi tidak jelas kapan mau berubahnya, atau mereka tidak memikirkan bahwa anggota harus menerima/setuju terhadap perubahan yang akan dilakukan. Semua elemen ini harus berkait satu sama lain, tidak bisa dipisah-pisahkan.
Jaya terus Vigneçvara..!! Vigneçvara Bravooo....!!

0 komentar:

Posting Komentar